twitter
    Find out what I'm doing, Follow Me :)

Menggagas Vaksin Malaria

Tahun 2009 adalah tahun ke 121 sejak Malaria untuk pertama kalinya dikenal sebagai penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme protozoa obligat intraseluler dari genus plasmodium. Tahun ini pun merupakan tahun ke 112 sejak plasmodium terbukti ditularkan oleh nyamuk anopheles betina.

Plasmodium mempunyai siklus hidup yang unik. Dalam siklus hidupnya ia memerlukan inang (host) sebagai tempat untuk dapat terus melangsungkan hidupnya, karena itu pula ia disebut parasit. Siklus seksualnya terjadi di dalam tubuh inang pertama yaitu nyamuk anopheles betina, yang juga berperan sebagai perantara (vector) penyebaran parasit ini melalui gigitan nyamuk ke orang lain yang sehat. Sedangkan siklus aseksualnya terjadi di dalam inang kedua yaitu tubuh manusia.

Sekali ketika plasmodium masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk, plasmodium akan memproduksi molekul yang dikenal sebagai antigen. Munculnya antigen ini memungkinkan sistem kekebalan tubuh mengenali adanya proses infeksi dan merangsang respon kekebalan tubuh menghasilkan antibodi terhadap plasmodium. Antibodi adalah suatu zat yang mampu menetralisir benda asing seperti, bakteri, virus, dan juga parasit (plasmodium). Gagasan pemberian vaksin malaria didasari dari mekanisme alamiah ini.

Vaksin berisi antigen yang bertindak sebagai target respon dari sistem kekebalan tubuh. Vaksin malaria akan dibuat dari antigen yang didapat dari tahapan siklus hidup plasmodium, dengan harapan tubuh manusia dapat menghasilkan antibodi melawan parasit. Pemberian vaksin diharapkan akan menjadi satu alternatif dalam mengatasi masalah malaria.

Sederhana, namun tidak semudah yang dibayangkan. Antigen dari plasmodium yang ditemukan di dalam tubuh manusia yang terinfeksi sangatlah beragam jenisnya. Ini disebabkan karena di dalam tubuh manusia, parasit mengalami beberapa kali perubahan bentuk sesuai tahapan siklus hidupnya, yang berdampak pada beragamnya antigen yang dihasilkan.

Keragaman genetik antar strain plasmodium juga berbeda satu dengan yang lain. Plasmodium juga mempunyai kemampuan beradaptasi dan belajar untuk merintangi sistem imunitas tubuh kita. Parasit ini mampu menyelinap dalam sistem imunitas manusia dan memiliki trik untuk bertahan. Kenyataan ini memunculkan tantangan dalam menentukan antigen mana yang akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan vaksin malaria.

Saat ini ada sekitar 40 kandidat vaksin yang sedang menjalani uji klinis, beberapa diantaranya telah diujicoba pada manusia dan menunjukkan hasil yang cukup menjanjikan. 45 buah vaksin sedang dikembangkan dalam tahapan pre-klinis, dan sekitar 20 buah vaksin sedang dalam proses penelitian di laboratorium. Dari sekian banyak kandidat vaksin malaria, pada dasarnya dapat dibedakan ke dalam empat golongan.

Pre-erythrocyte vaccine, adalah tipe vaksin yang diharapkan dapat bekerja ketika parasit masih dalam bentuk sporozoit, yaitu sesaat setelah infeksi terjadi (intra vaskuler stage) sampai dengan parasit masuk ke dalam organ hati (intra hepatic stage).

Blood stage vaccine, adalah vaksin yang diharapkan dapat bekerja ketika parasit dalam bentuk merozoit, yaitu setelah parasit keluar dari organ hati, masuk kembali ke dalam aliran darah kemudian masuk ke dalam sel darah merah (intra erythrocytic stage), dan menimbulkan gejala klinis yang nyata pada penderita.

Transmission blocking vaccine, adalah tipe vaksin yang bekerja memutus rantai penularan parasit melalui gigitan nyamuk ke orang lain yang sehat. Sedangkan antidisease vaccine, bekerja mengurangi efek toksisitas dan patogenitas parasit agar dapat mengurangi tingkat keparahan penyakit pada penderita.

Secara teoritis, vaksin malaria yang mampu bekerja optimum adalah vaksin yang berisi gabungan jenis antigen di semua tahapan siklus hidup plasmodium. Tentu saja masih perlu penelitian lebih lanjut untuk memastikan bahwa antigen gabungan tadi tidak menghasilkan respon imunitas yang tidak diharapkan.

Pengembangan vaksin malaria membutuhkan pemahaman yang lebih baik pada aspek molekuler, patogenik, parasitik, dan epidemiologik dari spesies plasmodium. Sebuah strategi pembuatan vaksin yang sempurna tentu membutuhkan sebuah pengetahuan tentang bagaimana respon imun manusia berinteraksi dengan parasit.

Penjelasan yang pasti tentang respon pertahanan tubuh memang belum sepenuhnya dipahami. Namun demikian, ini cukup memungkinkan bagi kita untuk meramalkan apa yang mungkin dapat berguna dari apa yang telah diketahui manusia sampai saat ini.

Beberapa pemahaman dan petunjuk tentang interaksi plasmodium dengan system kekebalan tubuh kita telah memungkinkan bagi manusia untuk mendesain vaksin yang dapat merangsang sistem kekebalan guna menghasilkan tujuan yang diharapkan.

Sekalipun mewujudkan vaksin malaria yang efektif masih akan memerlukan waktu bertahun tahun, namun bukan tidak mungkin hal ini akan terwujud.